Rabu, 20 September 2017

Foto bersama panitia

Foto bersama panitia BTOPH 2017

Sebelumnya kami diberikan tugas oleh kakak pembimbing kami. Tugas yang diberikan beraneka ragam, mulai dari membuat makalah, laporan, hingga makanan. Saya salah satu bagian dari kelompok kesehatan lingkungan, melakukan kesalahan kelompok karena menunda waktu mengumpulkan makalah 7 bidang kesehatan masyarakat dan laporan indepth. Alasan kami terlambat mengumpulkan makalah 7 bidang kesehatan masyarakat dikarenakan miscommunication pada anggota satu dengan lainnya. Beberapa topik di dalam makalah 7 bidang kesehatan masyarakat belum terselesaikan karena anggota yang mendapatkan bagian tersebut belum memberikan kepada ketua sebelum waktu yang ditentukan. Sedangkan alasan kami terlambat mengumpulkan laporan indepth dikarenakan kesalah pahaman informasi yang didapat oleh kami dan beberapa kelompok lainnya mengenai batas waktu pengumpulan makalah. Kami mendapatkan informasi bahwa laporan indepth tersebut terakhir dikumpulkan pada  hari minggu pukul 22.00 WIB, sebelumnya kami telah menyelesaikan laporan tersebut dan telah dikirimkan kepada kakak PK kami melalui email. Hanya saja pada hari minggu kami tidak membawa laporan tersebut dalam bentuk hard file. Dan karena itu kami mendapat sanksi berupa melakukan swafoto dengan para panitia BTOPH 2017 dengan ketentuan minimal 3 panitia dengan waktu yang berbeda-beda.


Pada foto pertama pada hari Selasa tanggal 18 September sekitar pukul 07.30 kami akan berfoto dengan Mba Maylinda atau yang akrab disapa Mba May yabg merupakan salah satu panitia BTOPH 2017 dari Tim Horey. Sebelum itu kami memang membuat janji terlebih dahulu. Pagi itu kami bersiap dan akhirnya kami berhasil berfoto bersama dengan Mba May dengan mengambil lokasi di lobby kesehatan masyarakat.

Sekitar 15 menit setelah berfoto dengan Mba May kita tidak sengaja bertemu dengan Mas Kinaryo yang juga merupakan panitia BTOPH 2017. Tanpa persiapan kami mencoba mengajak Mas Kinaryo berfoto bersama dan Alhamdulillah Mas Kinaryo berkenan untuk kita ajak foto bersama dan jadilah kita foto bersama dengan mengambil lokasi yang sama dengan foto pertama.


Kemudian, pada sekitar jam 10 kami berfoto dengan Mas Gianaj yang juga panitia BTOPH 2017. Mas Gianaj sangat ramah walaupun ini merupakan foto yang kedua kalinya karena saat foto pertama kita tidak lengkap. Kita mengambil foto bersama bertempat di lapangan kesehatan masyarakat.

Sekian dari saya, kurang lebihnya kami mohon maaf. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mba mas yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan tugas kami. Sekian dan terimakasih.

Senin, 18 September 2017

biografi tokoh kesehatan



BIOGRAFI TAN SRI LEE SIOK YEW

Image result for tan sri lee siok yew

 Bersebelahan dengan Pejabat Keretapi Beaufort, Sabah
-Beroperasi sejak tahun 1974
-Dirasmikan pada 6.3.1974 oleh Tan Sri Lee Siok Yew, MKM
-Menjaga / mentadbir 3 Daerah Iaitu:

Minggu, 17 September 2017

review materi btoph 2017


MIRACLE
Miracle adalah singkatan dari Manger, Inovator, Researcher, Apprenticer, Comunitarian, Leader, dan Educator yang merupakan sifat, sikap dan karakter yang harus ada pada setiap lulusan kesehatan masyarakat. 
Ahli kesehatan masyarakat itu harus dapat membuat masyarakat berdaya, bukan tergantung karena yang kita ciptakan adalah masyarakat mampu hidup sehat. Seorang ahli kesehatan masyarakat juga harus mampu bekerja dalam tim, bekerja kolektif dan multi sektor.
Terdapat beberapa fungsi ilmu kesehatan masyarakat, yaitu mengkaji dan memantau masalah kesehatan di masyarakat atau kelompok berisiko dalam upaya mengidentifikasi masalah dan menetapkan prioritas masalah, memformulasikan kebijakan kesehatan, dan menjamin agar masyarakat memiliki akses yang tepat terhadap pelayanan yang cost effective.
Lebih lanjut, sebagai gambaran profesi kesehatan masyarakat,  profil ahli kesmas harus menjadi “MIRACLE” yang merupakan singkatan dari Manager (manajer), Innovator (pembaharu), Researcher (peneliti), Apprenticer (mampu belajar dalam tim dan mampu bekerja cepat), Communitarian (merakyat), Leader (memimpin) dan Educator (pendidik). Untuk bisa menjadi Miracle, seorang ahlis kesmas harus mempunyai basic public health skills.
Beberapa keahlian yang harus dimiliki di antaranya analysis and assessment, policy development and program planning, communication skill, cultural competency, community dimension of practice, public health sciences, financial planning and management, dan leadership and system thinking.
Dalam ilmu kesehatan masyarakat, terdapat graphical model of public health yang harus diketahui oleh mahasiswa dimana terdapat empat tools utama yaitu biostatistic, epidemiology, social and behavioral science dan health policy and management. Terdapat pula 3 susbtansi yang melingkupinya yaitu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), ilmu gizi dan kesehatan lingkungan. Public Health itu system thinking dan kemampuan SKM  itu meneliti sehingga pada dasarnya setiap ahli kesmas harus menguasai semuanya.
Selain itu, ia juga menekankan mengenai soft skill yang juga penting dikuasai oleh ahli kesmas yaitu proactive (bergerak tanpa menunggu masalah), care (peduli terhadap masalah) dan social enterpreneur (menjadi engine untuk menggerakkan kesehatan masyarakat).
 Manager  adalah orang yang mengatur pekerjaan atau kerja sama di antara berbagai kelompok atau sejumlah orang untuk mencapai sasaran atau orang yang berwenang dan bertanggung jawab membuat rencana, mengatur, memimpin, dan mengendalikan pelaksanaannya untuk mencapai sasaran tertentu. antara manager dan pemimpin(leader) hampir sama, bedanya adalah
Manajer adalah pejabat yang bertanggungjawab atas terselenggaranya aktivitas-aktivitas manajemen agar tujuan unit yang dipimpinnya tercapai dengan menggunakan bantuan orang lain.
Dari uraian di atas, definisi managing atau mengelola yang diterima banyak praktisi adalah “proses mencapai tujuan melalui kerja orang lain.”sedangkan Proses leading atau memimpin terdiri dari beberapa hal yang diyakini akan mampu membangun pengaruh terhadap anggota tim dan akan mampu menggerakkan anggota tim melakukan segala sesuatu yang diperintahkan oleh sang pemimpin guna mencapai tujuan organisasi atau korporasi. namun keduanya saling berkaitan satu sama lain oleh karena itu di perlukan keseimbangan diantara keduanya. Keseimbangan antara leading (memimpin) dan managing (mengelola) akan membuat seorang pemimpin mampu melaksanakan fungsinya sebagai leader dan manager dengan baik dan paripurna, sehingga pertumbuhan organisasi dan bisnis berjalan beriringan serta berkelanjutan.
Innovator berarti orang yang memperkenalkan gagasan, metode, dan sebagainya yang baru: mahasiswa harus mempertahankan tradisinya sebagai inovator. karena mahasiswa merupakan penerus bangsa yang berjiwa intelektual yang diharapkan mampu untuk merubah dan memperbaiki kondisi indonesia dalam berbagai bidang.
Researcher  berarti  penelitian, penyelidik, petugas riset, periset.  sebagai sarjana kesehatan masyarakat kita memiliki tanggung jawab besar untuk memperbaiki kondisi indonesia saat ini.
Apprenticer adalah sebuah sistem pelatihan generasi baru bagi para praktisi bidang keahlian tertentu. Apprentices (saat ini lebih dikenal dengan sebutan prentices) atau proteges membangun karir mereka melalui apprenticeship. Sebagian besar pelatihan ini dilakukan sambil bekerja di sebuah institusi/ perusahaan yang memberikan kesempatan pada prentices untuk memperdalam keahlian mereka dan meningkatkan “nilai jual diri” mereka setelah mereka dinilai ‘ahli’ dalam bidang tersebut. Pendidikan teoritis juga dapat disisipkan dalam kegiatan ini secara informal melalui tempat kerja mereka atau dengan mengikuti “sekolah vokasi “, sementara prentices tetap mendapatkan bayaran dari institusi tersebut.
Comunitarian sebagai sebuah kelompok yang terkait, namun berbeda filsafatnya, mulai muncul pada akhir abad ke-20, menentang aspek-aspek dari liberalisme, kapitalisme dan sosialisme sementara menganjurkan fenomena seperti masyarakat sipil. Komunitarianisme tidak dengan sendirinya memushi liberalisme in dalam pengertian katanya di Amerika saat ini, namun penekanannya berbeda. Paham ini mengalihkan pusat perhatian kepada komunitas dan masyarakat serta menjauhi individu. Masalah prioritas, entah pada individu atau komunitas seringkali dampaknya paling terasa dalam masalah-masalah etis yang paling mendesak, seperti misalnya pemeliharaan kesehatan.Leader merupakan sikap kepemimpinan yang  harus dimiliki oleh lulusan kesehatan masyarakat.
Educator merupakan tenaga pendidik jadi lulusan kesehatan masyarakat diharapkan mampu untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas.
 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Para ilmuwan sosial dalam memberikan pengertian pemberdayaan mempunyai rumusan yang berbeda-beda dalam berbagai konteks dan bidang kajian, artinya belum ada definisi yang tegas mengenai konsep tersebut. Namun demikian, bila dilihat secara lebih luas, pemberdayaan sering disamakan dengan perolehan daya, kemampuan dan akses terhadap sumber daya untuk memenuhi kebutuhannya. 

Oleh karena itu, agar dapat memahami secara mendalam tentang pengertian pemberdayaan maka perlu mengkaji beberapa pendapat para ilmuwan yang memiliki komitmen terhadap pemberdayaan masyarakat. 

Robinson (1994) menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses pribadi dan sosial; suatu pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan kebebasan bertindak. Sedangkan Ife (1995) mengemukakan bahwa pemberdayaan mengacu pada kata “empowerment,” yang berarti memberi daya, memberi ”power” (kuasa), kekuatan, kepada pihak yang kurang berdaya. 

Payne (1997) menjelaskan bahwa pemberdayaan pada hakekatnya bertujuan untuk membantu klien mendapatkan daya, kekuatan dan kemampuan untuk mengambil keputusan dan tindakan yang akan dilakukan dan berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk mengurangi kendala pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan “keharusan” untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, ketrampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan tanpa tergantung pada pertolongan dari hubungan eksternal. 

Pranarka & Vidhyandika (1996) menjelaskan bahwa ”proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan yang mene-kankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih berdaya.

Kecenderungan pertama tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Sedangkan kecenderungan kedua atau kecenderungansekunder menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apayang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog”.
Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu:  
  1. Mampu memahami diri dan potensinya,mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan ke depan)
  2. Mampu mengarahkan dirinya sendiri
  3. Memiliki kekuatan untuk berunding
  4. Emiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang saling menguntungkan, dan 
  5. Bertanggungjawab atas tindakannya.

Slamet (2003) menjelaskan lebih rinci bahwa yang dimaksud denganmasyarakat berdaya adalah masyarakat yang tahu, mengerti, faham termotivasi,berkesempatan, memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu berbagai alternative, mampu mengambil keputusan, berani mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi dan mampu bertindak sesuai dengansituasi. Proses pemberdayaan yang melahirkan masyarakat yang memiliki sifat seperti yang diharapkan harus dilakukan secara berkesinambungan dengan mengoptimalkan partisipasi masyarakat secara bertanggungjawab.

Jamasy (2004) mengemukakan bahwa konsekuensi dan tanggungjawab utama dalam program pembangunan melalui pendekatan pe mberdayaan adalah masyarakat berdaya atau memiliki daya, kekuatan atau kemampuan. Kekuatan yang dimaksud dapat dilihat dari aspek fisik dan material, ekonomi, kelembagaan, kerjasama, kekuatan intelektual dan komitmen bersama dalam menerapkan prinsip-prinsip pemberdayaan.


 Tujuan pemberdayaan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan sertamelakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki.

Daya kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik dan afektif serta sumber daya lainnya yang bersifat fisik/material. Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan kemampuan berpikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan seseorang dalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Kondisi konatif merupakan suatu sikap perilaku masyarakat yang terbentuk dan diarahkan pada perilaku yang sensitif terhadap nilai-nilai pemberdayaan masyarakat. Kondisi afektif adalah merupakan perasaan yang dimiliki oleh individu yang diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Kemampuan psikomotorik merupakan kecakapan keterampilan yang dimiliki masyarakat sebagai upaya mendukung masyarakat dalam rangka melaku-kan aktivitas pembangunan.


ADVOKASI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, advokasi bisa diartikan sebagai pembelaan. Advokasi juga bisa diartikan sebagai bentuk upaya persuasi yang mencakup kegiatan penyadaran, rasionalisasi, argumentasi, serta rekomendasi tindak lanjut mengenai suatu hal atau kejadian.
Di samping itu, advokasi juga bisa bermakna sebagai suatu bentuk usaha untuk memengaruhi kebijakan publik dengan berbagai macam pola komunikasi persuasif. Advokasi juga bisa disebut sebagai aktivitas memberikan pertolongan terhadap klien untuk mencapai layanan yang mereka telah ditolak sebelumnya dan memberikan ekspansi terhadap layanan tersebut agar banyak orang yang terwadahi.
Istilah advokasi memang sangat kental kaitannya dalam dunia hukum. Bagi orang-orang yang memiliki keahlian di bidang advokasi, biasanya disebut dengan istilah advokat.
Jika dikaitkan dengan skala masalah yang dihadapi, advokasi bisa dibagi menjadi tiga jenis, yaitu advokasi diri, advokasi kasus, dan advokasi kelas.
  • Advokasi diri, yaitu advokasi yang dilakukan pada skala lokal dan bahkan sangat pribadi
  • Advokasi kasus, yaitu advokasi yang dilakukan sebagai proses pendampingan terhadap orang atau kelompok yang belum memiliki kemampuan membela dirinya dan kelompoknya
  • Advokasi kelas, yaitu sebuah proses mendesakkan kebijakan publik atau kepentingan satu kelompok masyarakat dengan tujuan akhir terwujudnya perubahan sistematik yang berujung pada lahirnya kebijakan yang melindungi atau berubahnya legislasi yang dianggap tidak adil.
Advokasi memang bisa menjadi alat ampuh dalam mencari keadilan. Di dalam negara demokratis seperti Indonesia, masyarakat dan para wakilnya membutuhkan individu-individu yang memiliki pengetahuan, komitmen, dan kepedulian untuk mengangkat isu-isu yang ada agar keputusan yang diambil tepat sasaran. Hanya dengan menyuarakan kepedulian, baik secara perorangan maupun secara kolektif, advokat dapat memengaruhi keputusan-keputusan yang menyangkut nasib warga di suatu negara.
Advokasi adalah membangun organisasi-organisasi demokratis yang kuat untuk membuat para penguasa bertanggung jawab menyangkut peningkatan keterampilan serta pengertian rakyat tentang bagaimana kekuasaan itu bekerja. Advokasi adalah usaha sistematis dan terorganisasi untuk memengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan publik secara bertahap-maju (incremental).
Advokasi harus dilakukan dengan rencana yang matang dan sistematis agar tujuan adokasi itu sendiri dapat menarik perhatian masyarakat atau media massa yang diharapkan perhatian itu akan berubah menjadi sebuah dukungan. Adapun 8 langkah dasar Advokasi adalah:
1. Tentukan isu strategis dari sebuah masalah
Advokasi harus memiliki fokus yang jelas. Akan sangat sulit jika Advokasi memiliki fokus masalah yang tidak memiliki skala prioritas. Contoh, untuk masalah kesejahteraan petani para serikat tani di suatu desa menuntut pemerintah untuk menurunkan harga pupuk. Karena dengan tingginya harga pupuk, para petani hanya mampu membeli sedikit pupuk yang berakibat pada buruknya kesuburan padi.
2. Pengumpulan Data
Data adalah elemen yang sangat penting karena data diyakini adalah sebuah fakta yang nyata. Data yang diperolah pun harus menunjukan komparasi atau perbandingan angka dari tahun ke tahun. Contoh, serikat tani menunjukan data bahwa dalam 5 tahun terakhir harga pupuk selalu naik setiap tahunnya. Tunjukan juga angka konsumsi pupuk petani dalam 5 tahun terakhir.
3. Buatlah sekutu dengan organisasi yang memiliki kepentingan yang sama
Sekutu atau aliansi adalah elemen advokasi yang mampu menamah sumber daya massa dari advokasi. Tidak bisa dipungkiri,massa yang banyak akan membuat media tertarik untuk meliput. Massa yang banyak setidaknya juga akan membuat gentar lawan.
4. Lemparkan isu dan kampanye massa
Melemparkan isu bisa dilakukan dengan beberapa cara. Aksi pencerdasan , membuat press confrence di media massa dan menyebarkan selebaran yang berisi tuntutan advokasi , adalah beberapa cara yang bisa digunakan untuk melempar isu ke masyarakat.
5. Lobi dan pendekatan dengan pengambil keputusan
Setelah power massa sudah sagat masiv dalam penyebaran isu, maka sudah saatnya bangun komunikasi dengan pengambill keputusan di pemerintahan/perusahaan. Komunikasi yang bersifat politis ini diharapkan dapat merubah sistem/kebijakan yang pada akhir dapat menuntaskan tujuan advokasi itu sendiri.
6. Kontak Media massa
Selalu jaga komunikasi yang baik dengan media massa. Karena media massa adalah kunci utama bagi advokasi untuk dapat diinformasikan secara mengakar kepada masyarakat.
7. Demonstrasi
Demo adalah jalan terakhir dari sebuah advokasi yang tidak juga dapat merubah kebijakan. Seperti yang dikatakan diatas, dengan kekuatan massa yang banyak media tidak akan segan segan untuk meliput dan sang pengambil keputusan secara tidak langsung akan sedikit gentar. Ini hukum alam.
8. Lakukan Evaluasi
Advokasi tidak selalu berhasil merubah suatu kebijakan. Jika gagal dalam advokasi lakukan evaluasi untuk menentukan langkah apa lagi yang akan diambil untuk merubah kebijakan. Jika advokasi berhasil , tetap lakukan evalusasi. Karena sesungguhnya evaluasi tidak hanya bertujuan untuk membahas kekalahan, tapi juga untuk menjaga suhu kemenangan.

Sabtu, 16 September 2017

jurnal kesehatan masyarakat

Artikel Penelitian
24
Korespondensi: Qomariyatus Sholihah, Departemen K3 IKM FK Universitas
Lambung Mangkurat, Jl. A. Yani Km 36,3 Banjarbaru 70714 Kalimantan
Selatan, No. Telp: 05114772747, email: qoqom_kuncoro@yahoo.co.nz
Abstrak
Penambangan batu bara merupakan salah satu sumber pencemaran udara
berupa partikel debu batu bara yang dapat mengganggu kesehatan pernapasan bila terhirup manusia. Risiko kerja yang sering terjadi dapat berasal
dari faktor pekerjaan atau perilaku pekerja sendiri, di antaranya sif kerja dan
masa kerja. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan sif kerja, masa kerja, dan budaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan
fungsi paru pekerja tambang batu bara. Penelitian ini merupakan desain kasus kontrol dengan jumlah masing-masing sampel untuk kasus dan kontrol
sebesar 178 responden. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober -
November 2014 di PT. X Kalimantan Selatan. Hasil penelitian berdasarkan
uji kai kuadratdidapatkan nilai p = 0,044 untuk sif kerja, 0,028 untuk masa
kerja, dan 0,013 untuk budaya K3. Berdasarkan hasil uji regresi logistik, didapatkan nilai p sif kerja 0,01 dengan OR = 3,934. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara sif kerja dengan fungsi paru, dan tidak terdapat hubungan antara masa kerja dan budaya K3 dengan fungsi paru. Sif
kerja merupakan variabel independen yang paling dominan memengaruhi
fungsi paru.
Kata kunci: Fungsi paru, keselamatan dan kesehatan kerja, masa kerja, sif
kerja
Abstract
Coal mining is one source of air pollution caused in form of coal dust particle that may interfere with health of breathing if inhaled by human.
Occupational risks often occurred may come from occupational factor or
worker’s behavior itself, ones of which are work shift and work period. This
study aimed to determine relations of work shift, work period and occupational health and safety (OHS) culture with lung function of coal mining
worker. This study was control case design with each amount of sample for
case and control was 178 respondents. The study was conducted on
October – November 2014 at PT X in South Kalimantan. Results based on
chi-square test showed p value = 0.044 for work shift, 0.028 for working period and 0.013 for OHS culture. Based on logistic regression test results, p
value for work shift was 0.01 with OR = 3.934. As a conclusion, there is a
relation between work shift with lung function and no relation between working period and OHS culture with lung function. Work shift is an independent
variable most dominantly influencing the lung function.
Keywords: Lung function, occupational health and safety, working period,
work shift
Pendahuluan
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan
suatu upaya untuk menciptakan suasana bekerja yang
aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah menciptakan
produktivitas setinggi-tingginya. K3 mutlak untuk dilaksanakan pada setiap jenis bidang pekerjaan tanpa kecuali.
Pelaksanaan K3 dapat mengurangi kecelakaan kerja sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas
kerja.1
Penambangan batu bara merupakan salah satu sumber pencemaran udara yang dihasilkan dari partikel debu
batu bara. Partikel debu tersebut dapat menyebabkan
gangguan pernapasan bila terhirup manusia. Risiko kerja yang sering terjadi dan banyak menimbulkan kerugian
adalah penyakit paru kerja yang timbul akibat pajanan
debu batu bara dalam jangka waktu lama, yaitu
pnemokoniosis, bronkitis kronis, dan asma kerja.2,3
Setiap tahun di seluruh dunia, dua juta orang mengalami penyakit akibat kerja. Dari jumlah tersebut, terdapat 40.000 kasus baru pneumokoniosis.Menurut
Analisis Sif Kerja, Masa Kerja, dan Budaya Keselamatan
dan Kesehatan Kerja dengan Fungsi Paru Pekerja
Tambang Batu Bara
Analysis of Work Shift, Working Period, and Occupational Health and
Safety Culture with Lung Function of Coal Mine Workers
Qomariyatus Sholihah*, Aprizal Satria Hanafi**, Wanti***, Ahmad Alim Bachri****, Sutarto Hadi*****
*Departemen K3 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, Indonesia,
**Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, Indonesia,
***Politeknik Kesehatan Kupang, Indonesia, ****Fakultas Ekonomi, Universitas Lambung Mangkurat, Indonesia,
*****Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, Indonesia
25
International Labor Organization (ILO) tahun 2013,
2,34 juta orang meninggal setiap tahunnya karena
penyakit akibat kerja. Di Jepang, pada tahun 2011, salah
satu penyakit akibat kerja yang paling besar angkanya
adalah pneumokoniasis, sama halnya dengan di Inggris.5
Angka sakit di Indonesia mencapai 70% dari pekerja
yang terpapar debu tinggi. Sebagian besar penyakit paru
akibat kerja memiliki akibat yang serius, yaitu terjadinya
gangguan fungsi paru dengan gejala utama yaitu sesak
napas.6
Kejadian penyakit akibat kerja tersebut diperkirakan
akibat dari faktor ekstrinsik seperti faktor lingkungan
dan faktor perusahaan serta faktor intrinstik seperti perilaku, sikap, dan kedisiplinan.Penerapan implementasi
program K3 akan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan produktivitas kerja.8
Salah satu faktor yang menyebabkan gangguan fungsi
paru adalah sif kerja. Pekerja tambang batu bara memiliki waktu sif siang (pagi, siang, sore) dan sif malam.
Permasalahan lebih banyak terjadi pada pekerja sif
malam karena irama faal tubuh manusia yang tidak dapat menyesuaikan kerja malam dan tidur.Kerja sif
malam merupakan sistem yang berlawanan dengan irama
sirkadian. Kelainan pola tidur sebagai salah satu bentuk
gangguan irama sirkadian yang dialami pekerja sif memiliki konsekuensi patologis berupa peningkatan kadar
sitokin proinflamasi dalam darah karena penurunan sistem kekebalan dan antioksidan dalam tubuh.10
Penyakit pernapasan tidak hanya disebabkan oleh
debu saja, melainkan dari karakteristik individu seperti
masa kerja yang terkait dengan tingkat pajanan. Masa
kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang telah terpajan dengan debu lingkungan. Selain itu,
kebiasaan merokok juga merupakan salah satu kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan pekerja. Seorang perokok memiliki risiko kematian 20 kali
lebih besar akibat kanker paru dibandingkan yang
bukan perokok.11 Seseorang yang semakin lama bekerja pada tempat yang mengandung debu, akan semakin
tinggi risiko untuk terkena gangguan kesehatan, terutama gangguan saluran pernapasan.12 Penelitian yang dilakukan pada pekerja tambang batu bara di Kalimantan
Timur tahun 2012 diperoleh sebanyak 45,1% yang
mengalami gangguan fungsi paru obstruktif dengan
masa kerja > 5 tahun dan 16,7% yang masa kerjanya <
5 tahun.13 Menurut Kaligis,implementasi program K3
akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan produktivitas kerja. Impelementasi K3
mampu mengurangi angka kecelakaan kerja sehingga
pekerja dapat bekerja dengan lebih baik dan mengurangi angka absensi kerja akibat kecelakaan kerja atau
penyakit akibat kerja.
Berdasarkan data yang diperoleh dari audit internal
PT X tahun 2014, kadar debu di bagian produksi mencapai 4,8 mg/m3. Sedangkan menurut National Institute
of Occupational Safety and Health (NIOSH) tahun 2011,
nilai ambang batas untuk debu batu bara adalah 2
mg/m3. Debu tersebut akan meningkatkan risiko gangguan paru pada pekerja tambang. Semakin lama seorang
pekerja terpajan, maka risiko gangguan paru akan semakin meningkat jika tidak disertai dengan penerapan
K3 yang baik.14
Berdasarkan hasil data klinik di PT X didapatkan
penyakit pekerja adalah sesak napas, common cold, dan
flu. Penelitian tentang kesehatan pekerja di tambang batu
bara PT X perlu dilakukan agar dapat diketahui penyebab keluhan pekerja dan diharapkan dapat meminimalkan penyakit akibat kerja dan tujuan akhirnya dapat
meningkatkan produktivitas pekerja. Tujuan umum
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sif kerja, masa kerja, dan budaya K3 dengan fungsi paru pekerja tambang batu bara di PT X.
Metode
Desain studi yang digunakan pada penelitian ini
adalah kasus kontrol untuk mengamati variabel dependen, yaitu gangguan fungsi paru dan variabel independen, yaitu sif kerja, masa kerja, dan budaya K3. Pada
penelitian ini digunakan perbandingan kasus dan kontrol
adalah 1 : 1 sehingga jumlah kontrol sebanyak 178 orang.
Maka, jumlah sampel yang dibutuhkan pada penelitian
ini adalah 356 orang. Sampel diambil menggunakan
teknik simple random sampling. Sampel kelompok kasus
adalah seluruh pekerja tambang batu bara PT X bagian
produksi yang berjumlah 178 orang, sedangkan sampel
kelompok kontrol adalah karyawan bagian manajemen
kantor berjumlah 178 orang.
Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar isian
(data identitas dan kuesioner) dengan disertai persetujuan menjadi subjek penelitian, alat uji fungsi paru
(Spirometri) merek BLT-08 Spiro Pro Meter® dan
mouthpiece, timbangan berat badan untuk mengukur berat badan, dan meteran untuk mengukur tinggi badan.
Pengukuran menggunakan instrumen didampingi oleh
petugas medis dari pihak perusahaan. Kuesioner
dibagikan kepada responden untuk mengukur budaya K3
responden, kemudian fungsi paru responden diukur dengan menggunakan spirometri dan mouthpiece. Hasil
dikatakan normal jika besar volume udara yang dikeluarkan dalam satu detik pertama ≥ 80% dari kapasitas
fungsi paru dan dikatakan tidak normal jika < 80% dari
kapasitas fungsi paru. Sedangkan lembar isian digunakan
untuk mengetahui sif kerja dan masa kerja. Data dianalisis menggunakan uji kai kuadrat dengan alpha 95%, kemudian dilanjutkan dengan analisis regresi logistik untuk
analisis multivariat dengan variabel sif kerja, masa kerja,
dan budaya K3. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Oktober – November 2014 di PT X.
Sholihah, Hanafi, Wanti, Bachri, Hadi, Analisis Sif Kerja, Masa Kerja, dan Budaya K3 dengan Fungsi Paru
Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 10, No. 1, Agustus 2015
26
fungsi paru pekerja tambang batu bara sif siang ada yang
mengalami penurunan kapasitas fungsi paru di bawah nilai normal, yaitu FEV1 80%. Hal ini sesuai dengan
penelitian Hendryx and Melissa,15 membuktikan bahwa
risiko tinggi pekerja tambang batu bara terhadap terjadinya inflamasi yang menyebabkan risiko gangguan
fungsi paru. Dibuktikan oleh penelitian Sari Mumuya,16
pada tahun 2006 terhadap 299 laki-laki pekerja tambang
batu bara sif siang di Tanzania dengan nilai p = 0,04 (nilai p < 0,05) menunjukkan bahwa risiko bekerja di daerah pertambangan batu bara dapat menurunkan nilai
FEV1% 80.
Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat nilai kapasitas fungsi paru pekerja tambang batu bara sif malam
mengalami penurunan dibandingkan sif siang. Penurunan
kapasitas fungsi paru lebih banyak ditemukan pada
pekerja tambang batu bara sif malam. Sif malam menunjukkan penurunan FEV1%, Vmax50, Vmax25 lebih besar dibandingkan dengan sif pagi dan sif siang. Menurut
Zheng,10 sif malam merupakan sistem yang berlawanan
dengan ritme sirkadian. Kelainan pola tidur sebagai salah
satu bentuk gangguan ritme sirkadian yang dialami
pekerja sif memiliki konsekuensi patologis berupa peningkatan kadar sitokin proinflamasi dalam darah karena penurunan sistem kekebalan dan antioksidan dalam
tubuh. Hal ini didukung oleh penelitian Sholihah,17
Hasil
Hasil distribusi sif kerja, masa kerja, budaya K3 dan
fungsi paru pada pekerja tambang di PT X sinergi pada
Tabel 1. Tabel 1 memaparkan hasil berdasarkan analisis
univariat untuk mendapatkan distribusi fekuensi dari
masing-masing variabel independen (sif kerja, masa kerja, dan budaya K3) dan variabel dependen (gangguan
fungsi paru). Hasil penelitian menunjukkan kasus fungsi
paru tidak normal sebesar 57,9% meliputi obstruktif, restruktif maupun keduanya.
Tabel 2 menunjukkan hubungan antarvariabel independen dengan variabel dependen. Seluruh variabel
meliputi sif dan masa kerja, serta budaya 3 memiliki
hubungan yang bermakna secara statistik dengan nilai p
< 0,05. Variabel bebas yang berhubungan dengan variabel terikat (variabel sif kerja, masa kerja, dan budaya
K3) bersama dimasukkan dalam perhitungan uji regresi
logistik metode Enter. Sif kerja merupakan variabel bebas yang berpengaruh paling dominan dengan fungsi
paru (Tabel 3).
Pembahasan
Hasil penelitian dengan menggunakan uji kai kuadrat
menunjukkan terdapat hubungan antara sif kerja dan
fungsi paru pekerja tambang batu bara dikarenakan nilai
p < 0,05. Dalam penelitian ini, terdapat bahwa kapasitas
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kasus dan Kontrol Berdasarkan Variabel Independen
Variabel Kategori Kasus Kontrol Total
Sif kerja Siang 98 (55,1%) 141 (79,2%) 239 (67,1%)
Malam 80 (44,9%) 37 (20,8%) 117 (32,9%)
Masa kerja <5 Tahun 118 (66,3%) 43 (24,2%) 161 (45,2%)
5 Tahun 60 (33,7%) 135 (75,8%) 195 (54,8%)
Budaya K3 Positif 108 (60,1%) 172 (96,6%) 280 (78,7%)
Negatif 70 (39,9%) 6 (3,4%) 76 (21,3%)
Fungsi paru Normal 75 (42,1%) 163 (91,6%) 238 (66,9%)
Tidak normal (obstruktif, 103 (57,9%) 15 (8,4%) 118 (33,1%)
restruktif, campuran)
Tabel 2. Analisis Bivariat Variabel Independen dengan Fungsi Paru
Variabel Kategori Kasus Kontrol Total OR 95% CI Nilai p
Sif kerja Siang 98 (55,1%) 141 (79,2%) 239 (67,1%) 6,326 0,044
Malam 80 (44,9%) 37 (20,8%) 117 (32,9%) 1,829-21,001
Masa kerja < 5 Tahun 118 (66,3%) 43 (24,2%) 161 (45,2%) 4,82 0,028
≥ 5 Tahun 60 (33,7%) 135 (75,8%) 195 (54,8%) 1,743-13,239
Budaya K3 Positif 108 (60,1%) 172 (96,6%) 280 (78,7%) 5,532 0,013
Negatif 70 (39,9%) 6 (3,4%) 76 (21,3%)
Tabel 3. Hasil Uji Multivariat Fungsi Paru
95% CI for EXP (B)
Variabel Bebas B Wald Sig Exp (B)
Lower Upper
Sif kerja 1,360 7,074 0,01 3,934 1,453 2,864
Masa kerja 0,893 2,899 0,076 2,454 0,786 7,567
Budaya K3 1,006 6,655 0,081 2,675 0,965 6,654
27
membuktikan bahwa dinding alveoli tikus wistar yang
dikondisikan sif malam mengalami penebalan lebih signifikan dibandingkan sif siang. Penurunan kapasitas
fungsi paru dapat disebabkan kondisi fisik individu
pekerja yang meliputi mekanisme pertahanan paru,
anatomi dan fisiologi saluran pernapasan serta faktor
imunologis.18 Dibuktikan oleh penelitian Siyoum,19 pada tahun 2014 di Etiopia dengan nilai p = 0,001 yang
menjelaskan bahwa gejala gangguan fungsi paru terjadi
lebih banyak pada pekerja sif malam dibandingkan dengan sif lainnya.
Hasil penelitian dengan menggunakan uji kai kuadrat
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara masa
kerja dan fungsi paru pekerja tambang batu bara, dikarenakan nilai p > 0,05. Penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian Puspita dkk,20 mengenai pengaruh paparan
debu batu bara terhadap gangguan faal paru. Hasil analisis faktor risikonya menunjukkan bahwa masa kerja tidak
memiliki hubungan terhadap kejadian gangguan faal
paru. Dalam penelitian Baharuddin dkk,21 masa kerja 2
- 7 tahun dan 8 - 13 tahun juga tidak memiliki hubungan
dengan gangguan fungsi paru, baru pada masa kerja 14 -
20 tahun mulai terdapat hubungan dengan gangguan
fungsi paru. Beberapa penelitian melaporkan bahwa di
negara yang telah memiliki nilai ambang batas debu,
pneumokoniosis pada penambang batu bara biasanya
terjadi pada individu yang telah bekerja selama > 10
tahun atau paling sedikit 5 - 10 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat bukti yang signifikan antara masa
kerja dengan fungsi paru. Jika masa kerja berhubungan,
diperlukan waktu paparan yang cukup lama untuk dapat
menimbulkan kelainan pada faal paru. Jumlah total suatu
zat yang diabsorsi di paru-paru bukan hanya tergantung
pada lamanya seseorang terpapar dengan debu saja, namun perlu diperhitungkan sifat-sifat kimia dan fisik dari
debu itu sendiri yang terhirup oleh pekerja.22
Penurunan fungsi paru tidak hanya disebabkan oleh
faktor pekerjaan maupun lingkungan kerja, tetapi juga
terdapat sejumlah faktor nonpekerjaan yang dapat menjadi faktor yang memengaruhi maupun menjadi variabel
pengganggu. Hal-hal yang dapat memengaruhi seperti
usia, jenis kelamin, kelompok etnis, tinggi badan, kebiasaan merokok, suhu lingkungan, penggunaan alat pelindung diri, metode pengolahan serta jumlah jam kerja/jam
giliran kerja (sif kerja).23
Faktor lain dalam penelitian ini yang menyebabkan
masa kerja menjadi tidak berhubungan dengan fungsi
paru adalah kadar debu. Pada penelitian ini, kadar debu
batu bara merupakan faktor pengganggu yang tidak dapat dikendalikan karena setiap hari semua pekerja tambang batu bara di bagian produksi berkontak langsung
dengan debu batu bara.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan
antara budaya K3 dan fungsi paru pekerja tambang batu
bara dikarenakan nilai p > 0,05. Penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Duma
dkk,yang mendesain modul menuju selamat sehat sebagai metode dan media penyuluhan K3 yang efektif
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku K3 (budaya K3) serta tenaga kerja inovatif dalam pengendalian
gangguan kesehatan. Hasil penelitian menyatakan penyuluhan K3 dalam penerapannya selama satu tahun efektif
meningkatkan pengetahuan dan sikap budaya K3, namun belum efektif meningkatkan kesehatan pekerja.
Berdasarkan hasil observasi di PT X, Rantau, Kalimantan
Selatan, nilai ambang batas debu tidak diketahui.
Manajemen perusahaan tambang batu bara hanya menyatakan secara lisan bahwa nilai ambang batas debu dalam
keadaan normal.24 Kadar debu lebih dari 350 mg/m3
udara/hari (OR = 2,8; 95% CI = 1,8 - 9,9) merupakan
salah satu faktor intrinsik yang terbukti berhubungan
dengan penurunan kapasitas paru.6
Berdasarkan kepustakaan, debu yang berukuran antara 5 - 10 mikron bila terhisap akan tertahan dan tertimbun pada saluran napas bagian atas, yang berukuran
antara 3 - 5 mikron tertahan atau tertimbun pada saluran
napas tengah. Partikel debu dengan ukuran 1 - 3 mikron
disebut debu respirabel merupakan yang paling berbahaya karena tertahan atau tertimbun mulai dari bronkiolus terminalis sampai alveoli.25
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan sif
kerja, masa kerja, dan budaya K3 dengan fungsi paru
pekerja tambang batu bara PT X di Kalimantan Selatan.
Daftar Pustaka
1. Duma K, Husodo AH, Soebijanto, Maurits LS. Modul menuju selamat
sehat: inovasi penyuluhan kesehatan dan kesehatan kerja dalam
pengendalian kelelahan kerja. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan.
2011; 14 (4): 213-23.
2. Rikmiarif DE, Pawenang ET, Cahyati WH. Hubungan pemakaian alat
pelindung pernafasan dengan tingkat kapasistas vital paru. Unnes
Journal of Public Health. 2012; 1 (1): 12-7.
3. Hermanus MA. Occupational health and safety in mining–status, New
developments, and concerns. The Journal of the Southern African
Institute of Mining and Metalurgy. 2007; 107: 531-8.
4. Susanto AD. Pnemokoniosis: artikel pengembangan pendidikan keprofesian berkelanjutan. Journal of Indonesian Medical Association. 2011;
61: 503-10.
5. ILO [homepage in internet]. The prevention of occupational diseases.
World day for safety and health at work. 2013 [cited 2014 Dec 5].
Available from: http://www.ilo.org/safework/events/meetings/
WCMS_204594/lang—en/index.htm
6. Meita AC. Hubungan paparan debu dengan kapasitas vital paru pada
pekerja penyapu Pasar Johar Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2012; 1 (2): 654-62.
7. Susilowati IH, Syaaf RZ, Satrya C, Hendra, Baiduri. Pekerjaan, nonSholihah, Hanafi, Wanti, Bachri, Hadi, Analisis Sif Kerja, Masa Kerja, dan Budaya K3 dengan Fungsi Paru
Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 10, No. 1, Agustus 2015
28
Occupational Medicine. 2007; 36 (2): 299-306.
17. Sholihah Q. Melatonin lowers levels of SOD and number of inflammatory cells BAL wistar strain mice wearing mask PPE, sub acute exposed
by coal dust day and night. Journal Applied Environment Biological
Science. 2012; 2 (12): 652-7.
18. Raju AE, Hansi K, Sayaad R. A Study on pulmonary function tests in
coal mine workers in Khammam District India. International Journal
Physioter Respiratory Research. 2014; 2 (3): 502-6.
19. Siyoum K, Alemu K, Kifle M. Respiratory symptoms and associated factors among cement workers and civil servants in North Shoa, Oromia
Regional State, North West Ethiopia: Comarative Cross Sectional Study.
Journal Health Affairs. 2014; 2: 74-8.
20. Puspita CG. Paparan debu batubara terhadap gangguan faal paru pada
pekerja kontrak bagian coal handling PT. PJB Unit Pembangkit Paiton
[skripsi]. Jember: Bagian Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan
Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember;
2011.
21. Baharudin S, Roestam AW, Yunus F, Ikhsan M, Kekalih A. Analisis hasil
spirometri karyawan PT. X yang terpapar debu di area penambangan
dan pemrosesan nikel. Jakarta: Departemen Pilmonologi dan Ilmu kedokteran Respirasi Fakulta Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.
22. Komendong DJWM, Ratu JAM, Kawatu PAT. Hubungan antara lama paparan dengan kapasitas paru tenaga kerja industri mebel di CV. Sinar
Mandiri Kota Bitung. Jurnal Kesmas Universitas Sam Ratulangi. 2012;
1 (1): 5-10.
23. Kurniawidjaja LM. Program perlindungan kesehatan respirasi di tempat
kerja manajemen risiko penyakit paru akibat kerja. Jurnal Respirologi
Indonesia. 2010; 30 (4); 217-29.
24. PT. Hasnur Riung Sinerga. Profil dan gambaran men power di PT.
Hasnur Riung Sinergi Site BRE. Rantau, Kalimantan Selatan: PT Hasnur
Riung Sinergi; 2014.
25. Sholihah Q, Ratna S, Laily K. Pajanan debu batubara dan gangguan pernafasan pada pekerja lapangan tambang batubara. Jurnal Kesehatan
Lingkungan. 2008; 4 (2): 291-311.
pekerjaan, dan psikologi sebagai penyebab kelelahan operator alat Berat
di industri pertambangan batubara. Kesmas: Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional. 2013; 8 (2): 91-6.
8. Kaligis RSV, Sompie BF, Tjakra J, Walangitan DRO. Pengaruh implementasi program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap produktivitas kerja. Jurnal Sipil Statik. 2013; 1 (3) : 219-25.
9. Siyoum K, Alemu K, Kifle M. Respiratory symptoms and associated factors among cement workers and civil servants In North Shoa, Oromia
regional state, North West Ethiopia: comarative cross sectional study.
Journal Health Affairs. 2014; 2 (4): 74 - 8.
10. Zheng H, Patel M, Hryniewicz K, Katz SD. Association of extended shift
work, vascular fuction and inflammatory markers in internal medicine
resident: a randomized control trial. JAMA. 2006; 296 (9): 1049-54.
11. Kandung RPB. Hubungan antara karakteristik pekerja dan pemakaian
alat pelindung pernapasan (masker) dengan kapasitas fungsi paru pada
pekerja wanita bagian pengempelasan di Industri Mebel “X” Wonogiri.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2013; 2 (1).
12. Putra DP, Rahmatullah P, Novitasari A. Hubungan usia, lama kerja, dan
kebiasaan merokok dengan fungsi paru pada juru parkir di Jalan
Pandanaran Semarang. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah. 2012; 1 (3):
7-12.
13. Cahyana A. Faktor yang berhubungan dengan kejadian gangguan fungsi
paru pada pekerja tambang batubara PT. Indominco Mandiri
Kalimantan Timur Tahun 2012 [research article]. Makassar: Bagian
Kesehatan dan Keselamatan Kerja FKM Universitas Hasanuddin, 2012.
14. National Institute for Occupational Safety and Health . Coal mine dust
exposures and associated health outcomes. NIOSH [online]; 2011 [cited 2015 Jan 4]. Available from: www.cdc.gov/niosh/docs/2011-
172/pdfs/2011-172.pdf.
15. Hendryx M, Melissa M. Relations between health indicators and residential proximity to coal mining in West Virginia. American Journal of
Public Health. 2008; 98 (4): 668-71.
16. Mumuya SHD, Bratveit M, Mashalla YJ, Moen BE. Airflow limitation
among workers in a labour-intensive coal mine in Tanzania. Journal of

Ikatan senat mahasiswa kesehatan masyarakat indonesia


IKATAN SENAT MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA
(ISMKMI)
Ismkmi adalah sarana untuk bertukar pandang dan pikiran guna memecahkan persoalan-persoalan yang timbul di dalam masyarakat dan dunia ilmiah, khususnya dalam pembangunan kesehatan nasional yang semakin kompleks di wilayah negara Republik Indoesia sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu kesehatan masyarakat.
1.      Sejarah Terbentuknya ISMKMI
Atas inisiatif dari senat mahasiswa kesehatan masyarakat Universitas Hasanuddin, maka mulailah direalisir rencana pembentukan ISMKMI tersebut tahap demi tahap. Mula-mula SEMA FKM Unhas mengirim dua orang utusannya pada pertengahan tahun 1989 sebagai langkah awal dalam mengadakan penjajakan pembentukan Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia. Utusan tersebut masing-masing sahabat Andi Mansur dan sahabat Fachruddin yang mengadakan kunjungan kampus keberbagai universitas yang membina FKM dan  PSKM.
Maka pada akhir tahun 1989, kurang lebih 25 orang mahasiswa kesehatan masyarakat Universitas Hasanuddin kembali mengadakan pertemuan dan seminar ilmiah di FKM-UI, PSKM FK-UNDIP, PSKM FK-UNAIR, FK UDAYANA, FK UGM dalam studi perbandingan jawa-bali yang tujuannya tiada lain untk mencari persamaan persepsi baik terhadap mahasiswa kesehatan masyarakat maupun terhadap mahasiswa kedokteran untuk kelancaran rencana pembentukan ikatan senat yang dimaksud.
Pada tahun 1990 SEMA FKM Unhas mengutus kembali dua orang yaitu sahabat Lukman Waris dan sahabat Asriful untuk sesegera mungkin mengadakan kunjungan dikampus PSKM FK-USU, PSKM FK-UNDIP, PSKM FK-UNAIR, FKM UI guna mengadakan konfirmasi waktu dan tempat pelaksanaan Musyawarah Nasional I Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (MUNAS I ISMKMI)
Dari hasil-hasil pertemuan yang diadakan diberbagai temapat tersebut, maka diperoleh kesepakatan bahwa semua PSKM dan FKM yang ada di Indonsia membebankan tanggung jawab kepada SEMA FKM Unhas sebagai pelaksana Munas I ISMKMI di Ujung Pandang (sekarang lebih dikenal dengan sebutan Makasar). Pada pertengahan tahun 1991 terbentuklah panitia pelaksanaan Munas I ISMKMI dari senat Mahasiswa FKM Unhyas. Maka mulailah direalisasikan rencana tersebut dengan terlebih dahulu mengutus dua orang, yaitu sahabat Andi Mansur dan sahabat Lukman Waris keberbagai universitas yang membina FKM dan PSKM guna mengkonfirmasi waktu dan teknis pelaksanaan Munas I ISMKMI. Akhirnya dari konfirmasi bersama disepakati bahwa Munas I ISMKMI akan dilaksanakan pada tanggal 23-26 Desember 1991 di Ujung Pandang.
Pada tanggal 21-22 Desember 1991 telah diadakan rapat pendahulaun yang diberi nama pra Munas I ISMKMI yang dihadiri oleh :
·         Senat Mahasiswa FKM Universitas Indonesia yang diwakili antara lain oleh Bambang K, Jamaludiin Insan, Ede Surya Darmawan dan Dono Widiatmoko.
·         Senat Mahasiswa PSKM FK Universitas Airlangga yang diwakili antara lain oleh Henny Kushardiani, Andik Ochman, Nurmah Indrajati, dan Bagus Widianto
·         Senat Mahasiswa FK Universitas Diponegoro yang diwakili anatara lain oleh Nurul Hilal, Carol Constantia, Heru Pujiono, dan M. Khoitul Hidayat.  
·         Senat Mahsiswa FKM Universitas Hasanuddin yang diwakili antara lain oleh Ilyas, Asfirul, Marwan Baits, dan Aminuddin Syam.
Dalam pertemuan yang diwarnai suasana persaudaraan dan keakraban, maka lahirlah rumusan:
·         Tata Tertib Munas I ISMKMI
·         Agenda Acara Munas I ISMKMI
·         Tata Tertib Persidangan Munas I ISMKMI
Peserta pertemuan ini dihadiri oleh semua semua SEMA FKM  dan PSKM-FK se-Indonesia, kecuali PAKMJ FK-USU. Sebagaimana ini diwarnai dengan perbedaan pendapat dan adu argumentasi, namun dengat semangat kekeluargaan, perbedaan tersebut masih tetap berlangsung dalam batas kewajaran dan tidak mengarah kepada perpecahan dan pertentangan. Pada akhirnya semua delegasi yang mewakili FKM dan PSKM se-Indonesia yang hadir memutuskan:
·         Menyetujui usulan proyek panitia pelaksana dan siap melaksanakan Munas I ISMKMI di Ujung Pandang
·         Menyusun Draft Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ISMKMI
·         Menyempurnakan Tata Tertib Munas I ISMKMI dan tata tertib persidangan serta Agenda Acara Munas I ISMKMI
Sehingga pada Munas pertama tersebut terpilihlah Saudara Asriful sebagai sekertaris Jenderal ISMKMI yang pertama untuk periode 1991-1993 dan selanjutnya untuk menghormati perjuangan sahabat-sahabat perintis ISMKMI lainnya, maka tanggal 24 Desember diperingati sebagai hari lahirnya ISMKMI.
2.      Visi Misi ISMKMI adalah pengembangan organisasi yang bertujuan untuk menggalang persatuan dan kesatuan serta kebersamaan dalam tubuh ISMKMI sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Arah dan sasaran ISMKMI, yaitu mengembangkan sumber daya manusia, menjalin kerja sama dengan organisai yang terkait, melakukan pengabdian masyarakat, dan menyikapi setiap kebijakan pemerintah, demi tercapainya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Hingga saat ini ISMKMI telah beranggotakan 53 insitusi daei seluruh wilayah Indonesia, terbagi menjadi 4 wilayah di indonesia yaitu:
·         Wilayah 1, berada dibagian Sumatera
·         Wilayah 2, meliputi daerah Jakarta, Jawa Barat, dan Kalimantan
·         Wilayah 3, terdiri dari Jawa Timur, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Bali, NTT, dan NTB
·         Wlayah 4, terdiri dari Sulawesi dan Papua
Adupun divisi dalam oraginsasi ini adalah:
·         Divisi Pengembangan Sumber Daya Masyarakat
·         Divisi Pengabdian Masyarakat
·         Divisi Advokasi
3.      Tujuan Diberbentuknya ISMKMI adalah:
·         Menjalin persatuan dan kesataun lembaga eksekutif mahasiswa kesehatan masyarakat dalam rangka pembinaan mahasiswa kesehatan masyarakat sebagai insan yang menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu kesehatan masyarakat
·         Meningkatkan kepekaan dan peranan mahasiswa kesehatan masyarakat dalam mengkritisi pembangunan nasional pada umumnya
·         Meningkatkan peran aktif dalam upaya promotif, preventif dan protektif demi mencapai masyarakat yang sehat produktif.


  
IKATAN SENAT MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA
(ISMKMI)
Ismkmi adalah sarana untuk bertukar pandang dan pikiran guna memecahkan persoalan-persoalan yang timbul di dalam masyarakat dan dunia ilmiah, khususnya dalam pembangunan kesehatan nasional yang semakin kompleks di wilayah negara Republik Indoesia sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu kesehatan masyarakat.
1.      Sejarah Terbentuknya ISMKMI
Atas inisiatif dari senat mahasiswa kesehatan masyarakat Universitas Hasanuddin, maka mulailah direalisir rencana pembentukan ISMKMI tersebut tahap demi tahap. Mula-mula SEMA FKM Unhas mengirim dua orang utusannya pada pertengahan tahun 1989 sebagai langkah awal dalam mengadakan penjajakan pembentukan Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia. Utusan tersebut masing-masing sahabat Andi Mansur dan sahabat Fachruddin yang mengadakan kunjungan kampus keberbagai universitas yang membina FKM dan  PSKM.
Maka pada akhir tahun 1989, kurang lebih 25 orang mahasiswa kesehatan masyarakat Universitas Hasanuddin kembali mengadakan pertemuan dan seminar ilmiah di FKM-UI, PSKM FK-UNDIP, PSKM FK-UNAIR, FK UDAYANA, FK UGM dalam studi perbandingan jawa-bali yang tujuannya tiada lain untk mencari persamaan persepsi baik terhadap mahasiswa kesehatan masyarakat maupun terhadap mahasiswa kedokteran untuk kelancaran rencana pembentukan ikatan senat yang dimaksud.
Pada tahun 1990 SEMA FKM Unhas mengutus kembali dua orang yaitu sahabat Lukman Waris dan sahabat Asriful untuk sesegera mungkin mengadakan kunjungan dikampus PSKM FK-USU, PSKM FK-UNDIP, PSKM FK-UNAIR, FKM UI guna mengadakan konfirmasi waktu dan tempat pelaksanaan Musyawarah Nasional I Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (MUNAS I ISMKMI)
Dari hasil-hasil pertemuan yang diadakan diberbagai temapat tersebut, maka diperoleh kesepakatan bahwa semua PSKM dan FKM yang ada di Indonsia membebankan tanggung jawab kepada SEMA FKM Unhas sebagai pelaksana Munas I ISMKMI di Ujung Pandang (sekarang lebih dikenal dengan sebutan Makasar). Pada pertengahan tahun 1991 terbentuklah panitia pelaksanaan Munas I ISMKMI dari senat Mahasiswa FKM Unhyas. Maka mulailah direalisasikan rencana tersebut dengan terlebih dahulu mengutus dua orang, yaitu sahabat Andi Mansur dan sahabat Lukman Waris keberbagai universitas yang membina FKM dan PSKM guna mengkonfirmasi waktu dan teknis pelaksanaan Munas I ISMKMI. Akhirnya dari konfirmasi bersama disepakati bahwa Munas I ISMKMI akan dilaksanakan pada tanggal 23-26 Desember 1991 di Ujung Pandang.
Pada tanggal 21-22 Desember 1991 telah diadakan rapat pendahulaun yang diberi nama pra Munas I ISMKMI yang dihadiri oleh :
·         Senat Mahasiswa FKM Universitas Indonesia yang diwakili antara lain oleh Bambang K, Jamaludiin Insan, Ede Surya Darmawan dan Dono Widiatmoko.
·         Senat Mahasiswa PSKM FK Universitas Airlangga yang diwakili antara lain oleh Henny Kushardiani, Andik Ochman, Nurmah Indrajati, dan Bagus Widianto
·         Senat Mahasiswa FK Universitas Diponegoro yang diwakili anatara lain oleh Nurul Hilal, Carol Constantia, Heru Pujiono, dan M. Khoitul Hidayat.  
·         Senat Mahsiswa FKM Universitas Hasanuddin yang diwakili antara lain oleh Ilyas, Asfirul, Marwan Baits, dan Aminuddin Syam.
Dalam pertemuan yang diwarnai suasana persaudaraan dan keakraban, maka lahirlah rumusan:
·         Tata Tertib Munas I ISMKMI
·         Agenda Acara Munas I ISMKMI
·         Tata Tertib Persidangan Munas I ISMKMI
Peserta pertemuan ini dihadiri oleh semua semua SEMA FKM  dan PSKM-FK se-Indonesia, kecuali PAKMJ FK-USU. Sebagaimana ini diwarnai dengan perbedaan pendapat dan adu argumentasi, namun dengat semangat kekeluargaan, perbedaan tersebut masih tetap berlangsung dalam batas kewajaran dan tidak mengarah kepada perpecahan dan pertentangan. Pada akhirnya semua delegasi yang mewakili FKM dan PSKM se-Indonesia yang hadir memutuskan:
·         Menyetujui usulan proyek panitia pelaksana dan siap melaksanakan Munas I ISMKMI di Ujung Pandang
·         Menyusun Draft Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ISMKMI
·         Menyempurnakan Tata Tertib Munas I ISMKMI dan tata tertib persidangan serta Agenda Acara Munas I ISMKMI
Sehingga pada Munas pertama tersebut terpilihlah Saudara Asriful sebagai sekertaris Jenderal ISMKMI yang pertama untuk periode 1991-1993 dan selanjutnya untuk menghormati perjuangan sahabat-sahabat perintis ISMKMI lainnya, maka tanggal 24 Desember diperingati sebagai hari lahirnya ISMKMI.
2.      Visi Misi ISMKMI adalah pengembangan organisasi yang bertujuan untuk menggalang persatuan dan kesatuan serta kebersamaan dalam tubuh ISMKMI sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Arah dan sasaran ISMKMI, yaitu mengembangkan sumber daya manusia, menjalin kerja sama dengan organisai yang terkait, melakukan pengabdian masyarakat, dan menyikapi setiap kebijakan pemerintah, demi tercapainya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Hingga saat ini ISMKMI telah beranggotakan 53 insitusi daei seluruh wilayah Indonesia, terbagi menjadi 4 wilayah di indonesia yaitu:
·         Wilayah 1, berada dibagian Sumatera
·         Wilayah 2, meliputi daerah Jakarta, Jawa Barat, dan Kalimantan
·         Wilayah 3, terdiri dari Jawa Timur, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Bali, NTT, dan NTB
·         Wlayah 4, terdiri dari Sulawesi dan Papua
Adupun divisi dalam oraginsasi ini adalah:
·         Divisi Pengembangan Sumber Daya Masyarakat
·         Divisi Pengabdian Masyarakat
·         Divisi Advokasi
3.      Tujuan Diberbentuknya ISMKMI adalah:
·         Menjalin persatuan dan kesataun lembaga eksekutif mahasiswa kesehatan masyarakat dalam rangka pembinaan mahasiswa kesehatan masyarakat sebagai insan yang menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu kesehatan masyarakat
·         Meningkatkan kepekaan dan peranan mahasiswa kesehatan masyarakat dalam mengkritisi pembangunan nasional pada umumnya
·         Meningkatkan peran aktif dalam upaya promotif, preventif dan protektif demi mencapai masyarakat yang sehat produktif.

  
IKATAN SENAT MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA
(ISMKMI)
Ismkmi adalah sarana untuk bertukar pandang dan pikiran guna memecahkan persoalan-persoalan yang timbul di dalam masyarakat dan dunia ilmiah, khususnya dalam pembangunan kesehatan nasional yang semakin kompleks di wilayah negara Republik Indoesia sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu kesehatan masyarakat.
1.      Sejarah Terbentuknya ISMKMI
Atas inisiatif dari senat mahasiswa kesehatan masyarakat Universitas Hasanuddin, maka mulailah direalisir rencana pembentukan ISMKMI tersebut tahap demi tahap. Mula-mula SEMA FKM Unhas mengirim dua orang utusannya pada pertengahan tahun 1989 sebagai langkah awal dalam mengadakan penjajakan pembentukan Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia. Utusan tersebut masing-masing sahabat Andi Mansur dan sahabat Fachruddin yang mengadakan kunjungan kampus keberbagai universitas yang membina FKM dan  PSKM.
Maka pada akhir tahun 1989, kurang lebih 25 orang mahasiswa kesehatan masyarakat Universitas Hasanuddin kembali mengadakan pertemuan dan seminar ilmiah di FKM-UI, PSKM FK-UNDIP, PSKM FK-UNAIR, FK UDAYANA, FK UGM dalam studi perbandingan jawa-bali yang tujuannya tiada lain untk mencari persamaan persepsi baik terhadap mahasiswa kesehatan masyarakat maupun terhadap mahasiswa kedokteran untuk kelancaran rencana pembentukan ikatan senat yang dimaksud.
Pada tahun 1990 SEMA FKM Unhas mengutus kembali dua orang yaitu sahabat Lukman Waris dan sahabat Asriful untuk sesegera mungkin mengadakan kunjungan dikampus PSKM FK-USU, PSKM FK-UNDIP, PSKM FK-UNAIR, FKM UI guna mengadakan konfirmasi waktu dan tempat pelaksanaan Musyawarah Nasional I Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (MUNAS I ISMKMI)
Dari hasil-hasil pertemuan yang diadakan diberbagai temapat tersebut, maka diperoleh kesepakatan bahwa semua PSKM dan FKM yang ada di Indonsia membebankan tanggung jawab kepada SEMA FKM Unhas sebagai pelaksana Munas I ISMKMI di Ujung Pandang (sekarang lebih dikenal dengan sebutan Makasar). Pada pertengahan tahun 1991 terbentuklah panitia pelaksanaan Munas I ISMKMI dari senat Mahasiswa FKM Unhyas. Maka mulailah direalisasikan rencana tersebut dengan terlebih dahulu mengutus dua orang, yaitu sahabat Andi Mansur dan sahabat Lukman Waris keberbagai universitas yang membina FKM dan PSKM guna mengkonfirmasi waktu dan teknis pelaksanaan Munas I ISMKMI. Akhirnya dari konfirmasi bersama disepakati bahwa Munas I ISMKMI akan dilaksanakan pada tanggal 23-26 Desember 1991 di Ujung Pandang.
Pada tanggal 21-22 Desember 1991 telah diadakan rapat pendahulaun yang diberi nama pra Munas I ISMKMI yang dihadiri oleh :
·         Senat Mahasiswa FKM Universitas Indonesia yang diwakili antara lain oleh Bambang K, Jamaludiin Insan, Ede Surya Darmawan dan Dono Widiatmoko.
·         Senat Mahasiswa PSKM FK Universitas Airlangga yang diwakili antara lain oleh Henny Kushardiani, Andik Ochman, Nurmah Indrajati, dan Bagus Widianto
·         Senat Mahasiswa FK Universitas Diponegoro yang diwakili anatara lain oleh Nurul Hilal, Carol Constantia, Heru Pujiono, dan M. Khoitul Hidayat.  
·         Senat Mahsiswa FKM Universitas Hasanuddin yang diwakili antara lain oleh Ilyas, Asfirul, Marwan Baits, dan Aminuddin Syam.
Dalam pertemuan yang diwarnai suasana persaudaraan dan keakraban, maka lahirlah rumusan:
·         Tata Tertib Munas I ISMKMI
·         Agenda Acara Munas I ISMKMI
·         Tata Tertib Persidangan Munas I ISMKMI
Peserta pertemuan ini dihadiri oleh semua semua SEMA FKM  dan PSKM-FK se-Indonesia, kecuali PAKMJ FK-USU. Sebagaimana ini diwarnai dengan perbedaan pendapat dan adu argumentasi, namun dengat semangat kekeluargaan, perbedaan tersebut masih tetap berlangsung dalam batas kewajaran dan tidak mengarah kepada perpecahan dan pertentangan. Pada akhirnya semua delegasi yang mewakili FKM dan PSKM se-Indonesia yang hadir memutuskan:
·         Menyetujui usulan proyek panitia pelaksana dan siap melaksanakan Munas I ISMKMI di Ujung Pandang
·         Menyusun Draft Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ISMKMI
·         Menyempurnakan Tata Tertib Munas I ISMKMI dan tata tertib persidangan serta Agenda Acara Munas I ISMKMI
Sehingga pada Munas pertama tersebut terpilihlah Saudara Asriful sebagai sekertaris Jenderal ISMKMI yang pertama untuk periode 1991-1993 dan selanjutnya untuk menghormati perjuangan sahabat-sahabat perintis ISMKMI lainnya, maka tanggal 24 Desember diperingati sebagai hari lahirnya ISMKMI.
2.      Visi Misi ISMKMI adalah pengembangan organisasi yang bertujuan untuk menggalang persatuan dan kesatuan serta kebersamaan dalam tubuh ISMKMI sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Arah dan sasaran ISMKMI, yaitu mengembangkan sumber daya manusia, menjalin kerja sama dengan organisai yang terkait, melakukan pengabdian masyarakat, dan menyikapi setiap kebijakan pemerintah, demi tercapainya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Hingga saat ini ISMKMI telah beranggotakan 53 insitusi daei seluruh wilayah Indonesia, terbagi menjadi 4 wilayah di indonesia yaitu:
·         Wilayah 1, berada dibagian Sumatera
·         Wilayah 2, meliputi daerah Jakarta, Jawa Barat, dan Kalimantan
·         Wilayah 3, terdiri dari Jawa Timur, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Bali, NTT, dan NTB
·         Wlayah 4, terdiri dari Sulawesi dan Papua
Adupun divisi dalam oraginsasi ini adalah:
·         Divisi Pengembangan Sumber Daya Masyarakat
·         Divisi Pengabdian Masyarakat
·         Divisi Advokasi
3.      Tujuan Diberbentuknya ISMKMI adalah:
·         Menjalin persatuan dan kesataun lembaga eksekutif mahasiswa kesehatan masyarakat dalam rangka pembinaan mahasiswa kesehatan masyarakat sebagai insan yang menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu kesehatan masyarakat
·         Meningkatkan kepekaan dan peranan mahasiswa kesehatan masyarakat dalam mengkritisi pembangunan nasional pada umumnya
·         Meningkatkan peran aktif dalam upaya promotif, preventif dan protektif demi mencapai masyarakat yang sehat produktif.


Foto bersama panitia

Foto bersama panitia BTOPH 2017 Sebelumnya kami diberikan tugas oleh kakak pembimbing kami. Tugas yang diberikan beraneka ragam, mula...